Mengenal Tradisi Siraman, Adat Jawa yang Dilakukan Calon Istri Al Ghazali Jelang Pernikahan


Cover OpiniMengenal tradisi siraman yang merupakan salah satu adat Jawa. Acara ini dilakukan oleh calon istri Al Ghazali yaitu Alyssa Daguise menjelang pernikahan.

Alyssa Daguise menggelar pengajian dan siraman menjelang pernikahannya dengan Al Ghazali. Acara ini digelar pada Jumat (13/6/2025) dan dihadiri oleh keluarga serta sahabat dekat.

Dilansir dari Tribunnews.com, diketahui bahwa Al dan Alyssa akan melangsungkan pernikahan pada Senin (16/6/2025), mendatang. Selanjutnya, pada Kamis (19/6/2025) keduanya akan melaksanakan acara resepsi yang megah.

Menjelang acara besar tersebut, keluarga Alyssa menggelar pengajian serta upacara adat siraman. Di kesempatan itu, Alyssa Daguise terlihat anggun menggunakan kain batik dan kemben berwarna hijau, dilengkapi dengan hiasan bunga melati di rambut yang menjadi aksesori saat siraman.

Acara siraman ini merupakan salah satu tradisi yang biasa dilakukan oleh pengantin adat Jawa. Melansir dari Kompas.com, siraman berasal dari bahasa Jawa yaitu siram berarti mandi atau juga bisa diartikan sebagai mengguyur.

Baca Juga  4 Wisata Air di Rembang Paling Oke, Cocok untuk Libur Bawa Keluarga di Akhir Pekan

Istilah siraman merupakan proses memandikan atau mengguyur calon pengantin sebelum prosesi ijab kabul berlangsung. Tujuan siraman ini untuk membersihkan raga dan jiwa dari calon pengantin.

Membersihkan jiwa dan raga calon pengantin saat siraman memiliki makna baik, yaitu agar pengantin dalam keadaan bersih dan segar saat memulai kehidupan baru sebagai suami istri. Masyarakat Jawa umumnya melaksanakan upacara siraman ini pada pukul 10.00 atau 15.00 karena kepercayaan tertentu.

Hal itu lantaran pada pukul tersebut dipercaya sebagai waktu saat bidadari turun ke sungai untuk mandi. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan pengantin perempuan bisa menjadi cantik seperti bidadari.

Selanjutnya, untuk tujuan dari siraman yaitu memohon berkah dan rahmat dari Tuhan untuk kedua mempelai agar dibersihkan dari segala keburukan. Melalui siraman ini, pasangan calon pengantin diharapkan mendapatkan tuntunan selama mengarungi bahtera rumah tangga.

Baca Juga  TOP 6 Tempat Wisata Murah Meriah di Kebumen untuk Family Time dan Healing Petualang Alam, Terfavorit 2025

Tak hanya itu, secara simbolik, siraman juga bisa dimaknai sebagai bentuk tekad pengantin. Diharapkan pasangan tersebut bisa berperilaku, bertindak, dan bertutur kata yang bersih dan baik selama menjadi suami istri.

Untuk tata caranya, upacara siraman biasanya dimulai dengan menyiapkan air kembang setaman yang digunakan untuk menyiram calon pengantin. Umumnya, air yang digunakan juga berasal dari berbagai tempat yang berbeda.

Mempelai yang sudah mengenakan busana siraman kemudian akan dijemput kedua orang tuannya. Selanjutnya, dia akan dituntun untuk ke tempat siraman dan diiringi para saudaranya.

Setelah calon pengantin tersebut siap di tempat, acara kemudian diawali dengan doa bersama. Doa ini akan dipimpin oleh tokoh setempat dan setelah itu acara siraman pun dimulai.

Baca Juga  Perusahaan-perusahaan Investasi AI Bukan Lagi Sebatas untuk Efisiensi

Ayah pengantin menjadi orang pertama yang menyiramkan air kepada mempelai, kemudian diikuti oleh ibu dan oleh orang-orang yang dituakan. Pihak terakhir yang menyiram biasanya yaitu juru rias atau sesepuh yang telah disepakati.

Siraman terakhir ini juga menandai calon pengantin untuk kemudian dikeramasi dengan beberapa piranti atau ubarampe, yaitu seperti landha merang, santen kanil, dan air asam. Tubuh calon pengantin kemudian akan diluluri dengan koyoh, lalu disiram air lagi hingga bersih.

Acara siraman tersebut kemudian ditutup dengan doa bersama. Selain itu, ada juga penyiraman air kendi yang telah disiapkan untuk calon pengantin.

Selain menjadi sarana meminta doa dan pembersihan diri. Upacara siraman seperti yang dilakukan oleh calon istri Al Ghazali ini juga sebagai bentuk pelestarian budaya Jawa yang ada dalam serangkaian pernikahan. (*)

Tinggalkan Balasan