Press Release
,
Jakarta
– Israel telah melancarkan Operasi Singa Bangkit terhadap
Iran
pada Jumat, 13 Juni 2025. Operasi militer itu menggabungkan serangan
drone
ke dalam serbuan 200 jet tempur yang menyasar ratusan fasilitas militer dan nuklir Iran. Israel menarget pula para petinggi militer dan ilmuwan nuklir dalam serangannya itu.
Pertanyaannya kini, bagaimana Iran akan merespons. Serangan balik awal telah dilancarkan lewat serbuan 100 drone berpeledak.
Serangan hampir bisa dipastikan belum akan berhenti. Menurut analisis Center for Strategic and International Studies (CSIS), dikutip dari artikel dimuat di situsnya pada Jumat, Iran akan mengombinasikan serangan salvo rudal balistik dan jelajahnya dengan gelombang-gelombang serangan drone itu dalam beberapa pekan ke depan.
Dugaan itu berdasarkan riwayat serangan-serangan yang pernah dilakukannya. Pada 2019, misalnya. Serangan kelompok milisi yang didukung Iran meluncurkan 10 drone dan rudal balistik ke dua fasilitas minyak di Arab Saudi. Serangan saat itu dilakukan dari Yaman yang berjarak lebih dari 800 kilometer jauhnya dari target.
Pada Januari 2020, Iran juga melakukan serangan salvo drone-drone disertai belasan rudal balistik dalam Operasi Martir Soleimani. Serangan langsung dari wilayah Iran ini tertuju ke dua pangkalan militer AS dan koalisinya yang berada di Irak.
Pada Januari 2024, Iran kembali mendukung kelompok milisi melakukan salvo roket dan rudal balistik ke Irak. Serangan itu puncak dari meningkatnya serangan drone dan rudal oleh kelompok-kelompok milisi itu di Irak dan Suriah sepanjang musim gugur 2023.
Serangan ke Israel pada April 2024 lalu, sebagai balasan atas pengeboman Kantor Kedutaan Iran di Damaskus, juga dilakukan Iran melibatkan 170 drone, 30 rudal jelajah, dan 120 rudal balistik. “Para pemimpin Iran akan melihat apakah drone dan rudal-rudal mereka sudah cukup untuk mengatasi pertahanan udara Israel,” kata CSIS.
Kantor Direktorat Intelijen Nasional AS mengatakan pada 2024 lalu kalau Iran memiliki gudang rudal balistik terbesar di Timur Tengah. Kajian terbaru dari Pentagon juga menyebut Iran menghimpun jumlah rudal jelajah, balistik dan juga drone yang sangat besar yang bisa menyerang seluruh kawasan itu.
Kekuatan Militer Iran dan Israel
Di luar drone itu, bagaimana dengan perbandingan kekuatan militer antara Iran dan Israel?
Secara jumlah, Iran unggul dengan sekitar 600 ribu personel militer aktif dan 350 ribu pasukan cadangan. Wajib militer berlaku bagi pria dewasa. Selain angkatan reguler, Iran juga memiliki Garda Revolusi dan pasukan elite Quds.
Iran juga mengandalkan jaringan milisi proksi seperti Hamas dan Hizbullah. Namun, dalam setahun terakhir, laporan
Economic Times
menyebut, kekuatan proksi ini banyak dilemahkan oleh operasi militer Israel dan AS.
Sementara Israel memiliki 170 ribu personel aktif dan 465 ribu cadangan, dengan wajib militer berlaku untuk sebagian besar pria dan wanita. Meski jumlahnya lebih kecil, pasukan Israel disebut lebih memiliki kapasitas tempur.
Seperti dilansir dari
Daily Times
, perlengkapan militer Iran secara kuantitas lebih besar, mencakup lebih dari 10.500 tank, hampir 7.000 unit artileri, dan lebih dari 640 kendaraan lapis baja. Angkatan udaranya mengoperasikan sekitar 312 pesawat tempur. Di laut, Iran memiliki 17 kapal selam dan berbagai kapal patroli serta kapal pendarat.
Sebaliknya, Israel memiliki sekitar 400 tank, 530 unit artileri, dan lebih dari 1.190 kendaraan lapis baja. Namun angkatan udaranya lebih modern dengan 345 pesawat tempur dan 43 helikopter serang. Angkatan lautnya memiliki lima kapal selam dan 49 kapal patroli serta pesisir.
Iran memiliki berbagai rudal balistik dengan jangkauan hingga 2.000 kilometer. Israel memiliki Jericho-3 dengan jangkauan 6.500 kilometer.
Tapi, lagi-lagi soal jumlah, Jenderal AS, Kenneth Mackenzie, pernah mengatakan di Senat bahwa Iran punya hingga lebih dari 3 ribu rudal balistik berbagai tipe yang bisa menjangkau Tel Aviv. Termasuk di antara yang baru dikembangkan adalah rudal hipersonik
Fattah-1
.
“Rudal ini memiliki kemampuan manuver di udara sehingga potensial menghindari rudal pertahanan musuhnya,” bunyi laporan
Euronews
yang menyebutnya sebagai tantangan besar bagi sistem pertahanan udara Israel yang dianggap paling canggih di kawasan.
Iron Dome
, David’s Sling, dan Arrow yang menjadi perisai Israel sejauh ini terbukti efektif menangkal serangan roket dan rudal. Adapun Iran mengandalkan sistem lokal seperti Bavar-373 dan sensor inframerah Azarakhsh untuk pertahanan udaranya.
Kekuatan Nuklir
Soal senjata nuklir, Israel diyakini memiliki sekitar 90 hulu ledak. Iran belum memilikinya, namun programnya telah mencapai level pengayaan tinggi.
Sebuah laporan terbaru dari Badan Atom Internasional (
IAEA
) menemukan kalau pengayaan uranium di Iran sudah sampai 60 persen. Ini artinya, secara teknis, tak jauh dari level uranium sebagai senjata yang 90 persen.
IAEA menyatakan tak bisa memverifikasi total suplai uranium Iran sejak 2021. Namun, perkiraannya, sekitar 9.247 kilogram per 17 Mei 2025. Dengan pengayaan 60 persen berarti suplai sebanyak 408,6 kilogram.
Dengan pengayaan 60 persen itu, Institute for Science and International Safety di Washington, AS, meyakini sudah cukup bagi Iran untuk memodifikasi senjata nuklir. Keterangan dari Isrel yang dikutip
Times of Israel
juga menyebut Iran kini memiliki cukup uranium untuk sembilan hulu ledak nuklir, “dan sedang melangkah ke senjatanisasi atau membuat bom nuklir.”